12 Sep 2024
Apa Saja Ciri-ciri Arsitektur Dekonstruksi? Simak di Sini
Apa Saja Ciri-ciri Arsitektur Dekonstruksi? Simak di Sini
Share:
Arsitektur dekonstruksi, dengan gaya desainnya yang revolusioner dan tidak konvensional, membutuhkan material yang dapat menunjang keberanian dalam desain sekaligus menawarkan kekuatan dan ketahanan. Di sinilah baja lapis COLORBOND® hadir sebagai solusi unggulan. Dengan lebih dari lima dekade pengalaman, COLORBOND® membantu menciptakan karya arsitektur yang menawan sekaligus tahan lama, cocok untuk mengeksplorasi kompleksitas dan ketidakteraturan dalam arsitektur dekonstruksi.
Ketika kita berbicara tentang arsitektur dekonstruksi, kita berbicara tentang cara baru untuk memandang bangunan. Gaya ini, yang berbeda dari pendekatan tradisional yang mengutamakan harmoni dan simetri, justru merayakan ketidakteraturan dan kompleksitas bentuk.
JPO Sudirman di Jakarta menggunakan COLORBOND®.
Arsitektur dekonstruksi, dengan gaya desainnya yang revolusioner dan tidak konvensional telah memikat perhatian banyak pengamat dan praktisi arsitektur di seluruh dunia. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada harmoni dan simetri, arsitektur dekonstruksi justru menonjolkan ketidakteraturan dan kompleksitas bentuk. Namun, bagaimana gaya ini mengubah cara memandang bangunan?
Definisi Arsitektur Dekonstruksi
Arsitektur dekonstruksi adalah gaya desain yang dikenal dengan karakteristiknya yang tidak teratur dan eksperimental. Istilah "dekonstruksi" sendiri mulai dikenal pada tahun 1980-an sebagai bagian dari perkembangan pasca-modern. Pada masa ini, arsitektur dekonstruksi muncul sebagai reaksi terhadap prinsip-prinsip arsitektur modern yang mengedepankan kesederhanaan dan keteraturan.
Arsitek yang mengadopsi gaya dekonstruksi sering kali menciptakan efek yang membingungkan dan tidak nyaman, baik di dalam maupun di luar bangunan. Pendekatan ini bertujuan untuk menantang persepsi umum tentang ruang dan bentuk, menawarkan pandangan alternatif tentang bagaimana arsitektur dapat direpresentasikan. yang tampak tidak terdefinisi dan penyimpangan dari struktur konvensional.
Sejarah Singkat Arsitektur Dekonstruksi
Arsitektur dekonstruksi sebenarnya memiliki kaitan yang erat dengan filosofi pasca modern yang dikembangkan oleh filsuf Prancis, Jacques Derrida pada akhir abad ke-20. Pada awal 1980-an, ide-ide ini mulai diterjemahkan ke dalam arsitektur melalui kompetisi desain untuk Parc de la Villette di Paris.
Dalam kompetisi tersebut, konsep dekonstruksi diterapkan dalam desain oleh arsitek terkemuka seperti Jacques Derrida, Peter Eisenman, dan Bernard Tschumi. Kompetisi ini menjadi tonggak awal yang memperkenalkan arsitektur dekonstruksi ke publik.
Pada tahun 1988 ketika Museum Seni Modern di New York menyelenggarakan pameran bertajuk “Deconstructivist Architecture”, pada saat inilah puncak pengenalan arsitektur dekonstruksi terjadi. Selanjutnya, arsitektur dekonstruksi semakin dikenal setelah pembukaan Pusat Seni Wexner di Columbus yang merupakan salah satu proyek besar pertama yang mengadopsi gaya dekonstruktif.
Seiring waktu berjalan, penerapan arsitektur dekonstruksi semakin berkembang. Tidak hanya terbatas pada bangunan publik, gaya ini mulai diterapkan pada desain rumah hunian sebagai alternatif bagi arsitektur modern yang sering kali dianggap monoton.
Ciri-Ciri Arsitektur Dekonstruksi
Keunikan gaya arsitektur dekonstruksi tidak terlepas dari ciri khas yang dimilikinya. Berikut beberapa ciri yang membedakannya dari gaya arsitektur lainnya:
1. Bentuk yang Abstrak
Bangunan dengan gaya dekonstruksi sering kali menolak prinsip-prinsip desain tradisional yang mengutamakan keharmonisan dan simetri. Sebaliknya, desain dekonstruksi cenderung memperlihatkan ketidakseimbangan dan ketidakteraturan. Keabstrakkan Ini menjadi salah satu ciri khas yang menciptakan kesan visual yang menarik dan berbeda dari arsitektur konvensional.
2. Cladding yang Tidak Beraturan
Salah satu cara untuk mengidentifikasi arsitektur dekonstruksi adalah dari penggunaan cladding yang tidak teratur pada dinding eksterior bangunan. Material cladding, seperti GRC (Glassfibre Reinforced Concrete) sering dipilih karena mudah dibentuk sesuai kebutuhan desain. Dalam arsitektur dekonstruksi, cladding sering terlihat terdistorsi dan tidak mengikuti pola yang biasa.
3. Penyatuan Elemen yang Bertentangan
Arsitektur dekonstruksi sering menggabungkan elemen-elemen yang tampak bertentangan atau tidak konvensional. Misalnya, Anda mungkin melihat atap yang melengkung, jendela dengan bentuk aneh, atau fasad yang tampak terdistorsi. Gaya ini sengaja menghindari penggunaan unsur logis atau konvensional untuk menciptakan kesan bahwa elemen-elemen tersebut dipadukan secara acak dengan tujuan estetika tertentu, namun pada dasarnya, ini juga merupakan bentuk protes terhadap aturan-aturan arsitektur tradisional.
JPO Sudirman di Jakarta menggunakan COLORBOND®.
4. Penekanan pada Geometri Tiga Dimensi
Salah satu fitur menonjol dari arsitektur dekonstruksi adalah penggunaan geometri tiga dimensi yang dominan. Desain ini sering menampilkan bentuk-bentuk yang miring dan tidak rata. Tidak seperti desain dua dimensi yang sering terlihat dalam arsitektur konvensional, arsitektur dekonstruksi lebih menonjolkan bentuk-bentuk tiga dimensi yang dinamis dan kompleks.
5. Warna Sebagai Aksen
Dalam arsitektur dekonstruksi, warna lebih sering berfungsi sebagai aksen daripada elemen utama. Penggunaan warna di sini cenderung lebih fokus pada menonjolkan bentuk dan struktur bangunan, sementara tekstur tidak memainkan peran sentral. Prinsip ini mencerminkan ide bahwa dalam arsitektur, tidak ada standar absolut atau aliran yang superior, dan setiap elemen memiliki kesempatan untuk berkembang secara individual.
Contoh Bangunan Bergaya Arsitektur Dekonstruksi
Arsitektur dekonstruksi, dengan ciri khasnya yang unik dan berani, dapat ditemukan dalam beberapa bangunan ikonis di seluruh dunia. Berikut beberapa contohnya:
1. Denver Art Museum oleh Daniel Libeskind
Selesai pada tahun 2006, perluasan Denver Art Museum yang dirancang oleh Daniel Libeskind merupakan salah satu contoh penerapan arsitektur dekonstruksi. Mengambil inspirasi dari pemandangan Pegunungan Rocky dan dinamika kota Denver, desain Libeskind menampilkan bentuk-bentuk tajam dan sudut-sudut yang tidak biasa.
2. Phaeno Science Centre oleh Zaha Hadid
Salah satu karya monumental dari arsitek terkenal Zaha Hadid adalah Phaeno Science Centre, yang selesai dibangun pada tahun 2005. Bangunan ini, yang terbuat dari beton dan kaca, dikenal dengan desainnya yang menyerupai bentuk ikan paus.
3. Beijing Olympic Stadium “The Bird’s Nest” oleh Herzog & de Meuron dan Ai Weiwei
Stadion Olimpiade Beijing dibangun untuk menyambut Olimpiade Musim Panas 2008. Dirancang oleh Herzog & de Meuron bersama Ai Weiwei, stadion ini merupakan contoh menarik dari arsitektur dekonstruksi yang menggabungkan bentuk-bentuk organik dengan struktur baja yang kompleks. Desainnya yang mirip sarang burung tidak hanya mengubah pandangan tradisional tentang stadion olahraga tetapi juga menciptakan kesan alami seolah-olah struktur ini tumbuh dari lingkungan sekitarnya.